MANEMBAH—MENYATU TANPA MEMINTA
PENUTUP: MANEMBAH DIAM DAN HIDUP
Manembah bukanlah soal keyakinan, bukan pula tentang arah wajah, nama yang disebut, atw ritus yang diulang-ulang. Manembah adl tentang bagaimana jiwa mengenali iramanya sendiri dalam semesta yang hening.
Di titik terdalam manembah, kita tidak lagi menyebut siapa-siapa. Tidak ada doa yg diminta. Tidak ada hasil yg dikejar. Hanya kesadaran yang mengendap pelan, masuk dan menyatu dgn sesuatu yg tak bisa disebut, tapi bisa dirasa. Seperti angin yang tak terlihat, tapi bisa menggetarkan dedaunan.
Itulah kenapa manembah bukan lagi milik agama. Bukan juga milik orang suci. Manembah itu kondisi eksistensial—saat kamu sadar kamu ada, tp juga sadar bahwa kamu bukan siapa-siapa. Kamu bukan suara yg menyebut nama-nama Tuhan, kamu adalah kehampaan yg merangkul segala nama.
Kamu mungkin akan menemukan manembah di tengah sawah, di dalam sunyi kamar, di sela detik menuju tidur. Bukan karena kamu suci. Tp karena kamu berhenti jadi siapa-siapa.
Karena sejatinya,
Yang menyembah dan yg disembah, akhirnya lebur.
Hanya getar rasa yg tersisa. Sunyi yg bernapas.
"Tak ada yg disembah, tak ada yg menyembah — hanya penyatuan kesadaran dalam keberadaan."
Rahayu
—KEN
★SELESAI★
