*THE MATHEMATICS OF GRATITUDE*
Tepat saat kita membaca tulisan ini, sebuah keajaiban luar biasa sedang terjadi dalam tubuh kita.
Mata dengan 126 juta sel fotoreseptor di retina, sedang mengubah pantulan cahaya menjadi sinyal listrik. Lebih dari 6 juta kerucut mata bekerja mengenali warna hitam di layar. Sekitar 120 juta sel batang membantu melihat kontras huruf dengan jelas.
Jari kita yang menggeser layar ponsel ini dibantu oleh lebih dari 3.000 saraf sensorik di ujung jari. Setiap sentuhan pada layar, diterima oleh ribuan reseptor yang mengirim informasi ke otak dalam hitungan milidetik.
Otak kita sedang memproses jutaan sinyal sekaligus. Menerjemahkan simbol-simbol huruf ini menjadi kata, lalu jadi makna. Sekitar 86 miliar neuron saling berkomunikasi dengan kecepatan hingga 120 meter per detik, menciptakan pemahaman dari kalimat ini.
Sementara kita fokus membaca, jantung tetap berdetak 70 kali setiap menit. Paru-paru mengembang dan mengempis 15-20 kali per menit, mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Mata berkedip 15-20 kali per menit untuk menjaga kelembaban, semua otomatis tanpa kita sadari.
Tahukah kita bahwa hanya untuk membaca paragraf ini saja, tubuh kita telah melakukan jutaan proses biologis yang tak terhitung?
Semua bilangan di atas baru mengungkap apa yang terjadi dalam satu menit. Bagaimana kiranya untuk satu hari? Tentu kita akan terpana.
Dalam sehari, jantung kita berdetak sekitar 100.000 kali. Paru-paru kita menghirup dan menghembuskan napas sekitar 20.000 kali. Itu artinya 7,3 juta kali dalam setahun. Sistem yang begitu rumit, namun berjalan otomatis tanpa kita kelola.
Sistem pencernaan kita bekerja 24 jam tanpa henti. Enzim diproduksi dengan jumlah molekul sangat banyak untuk mencerna makanan yang kita konsumsi. Usus halus dengan panjang sekitar 7 meter menyerap nutrisi dengan efisien.
Belum lagi otak dengan 86 miliar sel saraf yang saling terhubung, sistem kekebalan yang melawan jutaan kuman setiap hari, ginjal yang menyaring darah hingga 180 liter per hari.
Allah berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 34,
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ
_"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya."_
Ayat ini bukan sekadar hiperbola. Secara literal, kita benar-benar tidak akan mampu menghitung nikmat Allah. Coba saja hitung berapa kali jantung kita berdetak sejak lahir. Angkanya akan mencapai ratusan juta, bahkan miliaran.
Di sinilah letak keajaiban rasa syukur yang konkret. Ketika kita mulai menyadari angka-angka ini, ketika kita mulai menghitung dengan sadar, barulah kita benar-benar merasakan betapa besar nikmat yang selama ini kita anggap biasa.
Maka sekali-kali tak ada salahnya kita mencoba variasi lain dari cara kita bersyukur. Jika biasanya berkata, "Alhamdulillah saya sehat."
Kapan-kapan katakan, "Alhamdulillah jantung saya berdetak 100.000 kali hari ini, paru-paru saya mengambil oksigen 20.000 kali."
Jadikan angka sebagai jembatan menuju rasa syukur yang lebih nyata. Karena ketika kita menyadari berapa banyak keajaiban yang terjadi dalam tubuh kita setiap detik, barulah benar-benar memahami makna "nikmat yang tak terhitung" itu.
Oleh karenanya, bila kita ingin menjadi pribadi yang lebih bersyukur, libatkan angka dalam refleksi harian yang kita buat. Karena rasa syukur yang tidak terukur, tidak bisa dirasakan dengan dalam.
Angka memberikan kita kesadaran syukur yang jelas. Angka mengubah perasaan abstrak menjadi penghayatan yang bisa dirasakan.
_Dari hati, untuk hari ini._
Ust. Arafat
بورنگ
اس پوسٹ کو یکسانیت اور حد سے زیادہ تکرار پر صارفین سے وسیع پیمانے پر رائے ملی ہے۔