退屈
この投稿は単調で繰り返しが多すぎるという理由で、多くのユーザーからフィードバックを受けています。
🌿 “JAWA” bukan sekedar suku. Itu level kesadaran.”
...
Pernah denger kalimat “wes jowo uripe”?
Banyak yg ngira itu soal suku. Padahal bukan…
Itu soal kedewasaan jiwa.
Dan inilah warisan paling dalam yg sering kita lupa.
Kadang Ken mikir gini:
Kita tuh sibuk ribut soal identitas, suku, agama—tp lupa satu hal…
Leluhur kita dulu justru menilai manusia dari kejernihan batin, bukan label yg nempel di KTP.
🌀Nah, istilah “JAWA” di tradisi kuno itu maknanya begini…👇
Akar kata “ja” & “wa” dalam kosmologi lama sering diartikan:
Ja → cahaya, pencerahan
Wa → ruang, wadah, semesta
Kalau digabung, “JAWA” bisa dibaca sebagai: Cahaya yg menyadari ruangnya.
Atau:
Kesadaran yg sudah mekar & mampu menata hidup dengan welas asih.
Makna ini nyambung dgn karakter “ngajawani”:
tenang, rikat, empan-papan, wicaksana.
---
(🌀 “JAWA” = jiwa yg sdh mateng, bening, dan mampu ngemong)
Dalam tradisi lisan, kata “wes jowo” itu artinya:
– sdh ngerti rasa
– sdh ngerti tempat
– sdh bisa ngemong adiknya (dlm arti sesama manusia)
– sdh tdk dikuasai ego
– sdh halus tindakannya
Makanya leluhur bilang:
> “Wong Jawa ora kudu lair Jawa.”
Artinya… siapa pun yg jiwanya matang → dia “jawa”.
Ini bikin merinding sih…
Krna ternyata “JAWA” itu status batin, bukan etnis.
---
(🌿 “Ngajawani” = proses ngendapnya jiwa)
Dulu orang belajar jadi manusia dulu sebelum jadi apapun.
Belajar rasa, bukan cuma rule.
Belajar halus, bukan cuma hafal.
Ini makna yg hilang krn dunia modern mengganti semuanya dgn kategori-kategori formal:
★agama → kotak
★suku → kotak
★identitas → kotak
Padahal leluhur kita memakai bahasa rasa, bkn bahasa label.
---
(🌀 Kenapa penting diangkat di zaman skrng?)
Krna skrng manusia dihargai dr:
– apa agamanya
– apa sukunya
– apa golongannya
– apa kelompoknya
Padahal leluhur menilai dr kedalaman jiwa:
halus apa tidak?
ngemong apa tidak?
ngerti rasa apa tidak?
Makanya Ken sering bilang:
kita kehilangan kebijaksanaan krn sibuk mengurus kotak2 yg dibuat zaman modern.
---
(🌿 “Jawa” itu identitas batin, bukan geografi)
Coba renungkan kalau bangsa ini kembali ke definisi lama itu.
Definisi yg “ngajawani”.
Definisi yg mengutamakan:
– welas asih
– empan papan
– jembar hati
– bening pikiran
– bisa ngemong sesama
Bukan cuma:
“km dari suku mana? agamamu apa?”
Dunia akan jauh lbh adem.
🌀Ada dua tingkatan:
★Jawa → sudah mateng jiwanya
★Ngajawa → proses menuju kematangan itu
Kayak:
“wis jowo” → sudah matang
“isih ngenger” → masih proses belajar
“durung jero” → belom masuk ke inti kesadaran
Jadi “jawa” itu level, bukan geografis.
---
(🍃 Pertanyaan kecil buat km yg baca ini
Menurut km…
kita skrng lebih banyak “JAWA” nya atau lebih banyak “label”-nya?
Dan…
apa menurutmu manusia bisa balik lagi ke kebijaksanaan yg lebih ngajawani?
Coba tulis pendapatmu di kolom komentar.
Seringkali sudut pandangmu bisa jadi pintu pencerahan buat org lain 🌿
---
✨
Kadang untuk maju, kita harus mundur sebentar…
bukan ke masa lalu, tapi ke kearifan lama yg pernah membuat manusia lebih manusia.
Ngajawani itu sederhana:
—jadi teduh utk diri sendiri,
—jadi adem utk org lain.
...
Rahayu sagung dumadi ✨🌿
❤Ken Lover's ❤
---
#personalgrowth
#communitysupport
#selfimprovement
━━━━━━━━━━━━━━━
🌌 EPISODE 7 (TAMAT) — KEMBALI KE JATI DIRI: MENYATU DGN KESADARAN SEJATI
━━━━━━━━━━━━━━━
“Ada perjalanan yg tidak bisa dijelaskan dengan langkah…
krn sejak awal, yg berjalan itu bukan kaki, tapi kesadaran.”
Banyak orang kira “kembali ke jati diri” itu urusan mati.
Padahal ia adalah proses sadar —
sadar bahwa seluruh pencarian, luka, pencapaian, doa, bahkan rindu…
hanyalah jalan memutar menuju rumah batinmu sendiri: dirimu yg paling dalam.
..
Jiwa tidak kembali ke surga.
Jiwa kembali ke ingatan.
Ingatan bahwa ia bkn tubuh, bkn pikiran, bkn peran, bkn cerita.
Ia adalah cahaya yg pernah lupa, lalu perlahan ingat kembali siapa dirinya.
Setiap rasa yg km lalui —
takut, ragu, jatuh, kehilangan, bangkit, mencintai —
itu semua bkn ujian dari Tuhan,
tapi cara jiwa menembus kabut lupa agar ia kembali terang.
...
🪶 “Kebangkitan” bkn tentang naik ke langit.
Ia adalah saat km menyalakan lampu batin,
dan melihat bahwa sejak awal memang tak pernah ada kegelapan.”
Ketika jiwa tidak lagi mengejar apa-apa…
tidak butuh dipuji…
tidak takut kehilangan…
tidak sibuk membuktikan…
Saat itu ia kembali ke jati diri.
Kembali ke kesadaran yg tidak terikat bentuk.
Keheningan yg tidak membutuhkan nama.
Ke Hidup yg tidak pernah lahir dan tidak akan mati.
Kembali ke jati diri bkn tempat.
Ia adalah keadaan.
Keadaan ketika “aku” yg kecil larut ke dalam “Aku” yg sejati.
Seperti tetes air yg kembali menyatu dgn samudra—
bukan hilang, tapi menjadi dirinya yg paling utuh.
🌙 “Dan ketika jiwa berhenti mencari,
di situlah ia kembali menemukan dirinya sendiri.”
...
Ken pengen tanya ke km semua:
Kapan terakhir kali ada bagian dlm dirimu… yg memanggilmu kembali ke jati diri?
Rahayu 🌿
❤Ken Lover's ❤
★TAMAT★
...
#communication
#fridaymotivation