MANUNGGALING KAWULO GUSTI ( Penyatuan antara diri dgn kesadaran tertinggi )
Dipuncak perjalanan spiritual jawa, tak ada surga yg dijanjikan, tak ada hukuman yg ditakutkan, hanya satu tujuan "MANUNGGAL"
Manunggaling kawulo lan gusti adalah falsafah paling dalam dlm jagad kawruh jawa.
Ia bukan hanya konsep, tapi pengalaman rohani.
Penyatuan antara kawulo (hamba) dgn Gusti (sang sumber, Hyang agung, kebenaran sejati.
" hana nira, hana ingsun, wujud siro wujud ingsun "
( tak ada aku tanpamu, tak ada engkau tanpa aku )
Ini bukan pengakuan kuasa, bukan sekedar pernyataan iman. Tapi sebuah kesadaran. Bahwa batas antara aku dan dia hanyalah ilusi ego. Bahwa sejatinya aku adalah bagian darimu dan engkau hidup dalam.diriku.
Kawula = diri yg sadar bahwa ia kecil.
Tapi bukan hina, ia kecil karena mengakui bahwa hidup ini bukan miliknya. Tapi bagian dari jauh yg lebih besar = Gusti. Tapi gusti disini bukan sosok luar , bukan Tuhan yg duduk di tahta jauh disana. Gusti adalah kesadaran suci yg mengalir dalam diri.
Maka manunggal bukan menjangkau keluar tapi menyelam ke dalam.
Seorang lelaku jawa tdk mendekat puja puji berlebihan tapi dgn hening dan jembar rasa. Karena disitulah Gusti hadir bukan lewat keramaian ibadah tapi lewat hening batin.
Sembah raga, sembah cipta, sembah rasa, sembah sujud. ( tingkatan penyembahan dimulai dari tubuh, pikiran, rasa hingga ke pasrahan total )
Penyembahan dalam tradisi jawa bukan formalitas tapi laku jiwa. Bukan ditunjukan tapi ditenggelamkan. Bukan lewat keramaian tapi lewat kesunyian yg jernih.
Manunggaling kawulo lan gusti terjadi saat aku tdk lagi merasa sebagai aku.
Saat ego lepas, saat nama menjadi senyap, saat keinginan tdk menuntut apa - apa. Saat aku dan engkau larut menjadi nunggal.
Ini bukan penghilangan jati diri, tapi penyatuan.
Diri kecil akhirnya bersedia pulang ke samudera asalnya.
Gusti ora adoh, Gusti ana ing jeroning ati (Tuhan tdk jauh ia ada dalam hatimu )
Falsafah ini sangat radikal. Karena ia memindahkan pusat spiritualitas dari langit ke dalam dada manusia.
Bukan menunggu perintah dari langit, tapi belajar mendengar suara dari dalam.
Makanya dalam sejarah jawa kuno, para wali, pujangga dan resi tdk pernah sibuk mengkafir orang lain.
Karena mereka sibuk menyatu dengan tuhan dalam dirinya sendiri.
Di era sekarang kita terlalu ribut dengan simbol, terlalu ramai dengan debat nama dan ritual. Tapi lupa bahwa Gusti tidak bisa diperebutkan, karena dia tidak.pernah jauh. Sapa sing ngerti rasa, bakal ngerti Gusti (siapa yg mengerti rasa akan mengenal tuhan)
Manunggaling kawulo gusti bukan akhir perjalanan,ia adalah titik awal.dari hidup yg baru. Hidup tanpa pamrih, tanpa pamer, tanpa takut.
Hidup yg tenang karena tahu kamu tak pernah hidup sendiri. Karena yg kamu cari sudah ada dalam dirimu💥
Surya - Ong rahayu 🙏