Loading Logo

Chargement..

Wahyu Din  partagé un  poster
3475 Points· 19 heures

🌿 “JAWA” bukan sekedar suku. Itu level kesadaran.”

...

Pernah denger kalimat “wes jowo uripe”?
Banyak yg ngira itu soal suku. Padahal bukan…
Itu soal kedewasaan jiwa.
Dan inilah warisan paling dalam yg sering kita lupa.

Kadang Ken mikir gini:
Kita tuh sibuk ribut soal identitas, suku, agama—tp lupa satu hal…
Leluhur kita dulu justru menilai manusia dari kejernihan batin, bukan label yg nempel di KTP.

🌀Nah, istilah “JAWA” di tradisi kuno itu maknanya begini…👇

Akar kata “ja” & “wa” dalam kosmologi lama sering diartikan:

Ja → cahaya, pencerahan

Wa → ruang, wadah, semesta

Kalau digabung, “JAWA” bisa dibaca sebagai: Cahaya yg menyadari ruangnya.
Atau:
Kesadaran yg sudah mekar & mampu menata hidup dengan welas asih.

Makna ini nyambung dgn karakter “ngajawani”:
tenang, rikat, empan-papan, wicaksana.

---

(🌀 “JAWA” = jiwa yg sdh mateng, bening, dan mampu ngemong)

Dalam tradisi lisan, kata “wes jowo” itu artinya:

– sdh ngerti rasa
– sdh ngerti tempat
– sdh bisa ngemong adiknya (dlm arti sesama manusia)
– sdh tdk dikuasai ego
– sdh halus tindakannya

Makanya leluhur bilang:

> “Wong Jawa ora kudu lair Jawa.”
Artinya… siapa pun yg jiwanya matang → dia “jawa”.

Ini bikin merinding sih…
Krna ternyata “JAWA” itu status batin, bukan etnis.

---

(🌿 “Ngajawani” = proses ngendapnya jiwa)

Dulu orang belajar jadi manusia dulu sebelum jadi apapun.
Belajar rasa, bukan cuma rule.
Belajar halus, bukan cuma hafal.

Ini makna yg hilang krn dunia modern mengganti semuanya dgn kategori-kategori formal:
★agama → kotak
★suku → kotak
★identitas → kotak

Padahal leluhur kita memakai bahasa rasa, bkn bahasa label.

---

(🌀 Kenapa penting diangkat di zaman skrng?)

Krna skrng manusia dihargai dr:

– apa agamanya
– apa sukunya
– apa golongannya
– apa kelompoknya

Padahal leluhur menilai dr kedalaman jiwa:
halus apa tidak?
ngemong apa tidak?
ngerti rasa apa tidak?

Makanya Ken sering bilang:
kita kehilangan kebijaksanaan krn sibuk mengurus kotak2 yg dibuat zaman modern.

---

(🌿 “Jawa” itu identitas batin, bukan geografi)

Coba renungkan kalau bangsa ini kembali ke definisi lama itu.
Definisi yg “ngajawani”.
Definisi yg mengutamakan:

– welas asih
– empan papan
– jembar hati
– bening pikiran
– bisa ngemong sesama

Bukan cuma:
“km dari suku mana? agamamu apa?”

Dunia akan jauh lbh adem.

🌀Ada dua tingkatan:

★Jawa → sudah mateng jiwanya
★Ngajawa → proses menuju kematangan itu

Kayak:

“wis jowo” → sudah matang

“isih ngenger” → masih proses belajar

“durung jero” → belom masuk ke inti kesadaran

Jadi “jawa” itu level, bukan geografis.

---

(🍃 Pertanyaan kecil buat km yg baca ini

Menurut km…
kita skrng lebih banyak “JAWA” nya atau lebih banyak “label”-nya?

Dan…
apa menurutmu manusia bisa balik lagi ke kebijaksanaan yg lebih ngajawani?

Coba tulis pendapatmu di kolom komentar.
Seringkali sudut pandangmu bisa jadi pintu pencerahan buat org lain 🌿

---



Kadang untuk maju, kita harus mundur sebentar…
bukan ke masa lalu, tapi ke kearifan lama yg pernah membuat manusia lebih manusia.

Ngajawani itu sederhana:
—jadi teduh utk diri sendiri,
—jadi adem utk org lain.

...

Rahayu sagung dumadi ✨🌿

❤Ken Lover's ❤

---
#personalgrowth
#communitysupport
#selfimprovement

image